Misi Indonesia
Jauh-jauh hari sebelum Ical
mendukung prabowo beberapa pembesar DPD Golkar sangat antusias mendukung Jusuf
Kalla menjadi wakilnya Jokowi, namun karena ketidaksepakatan dalam pembagian
jatah akhirnya Ical beralih ke lain hati yang membuat kader-kader partai
terpecah. Padahal sebelumnya beberapa kader-kader partai Golkar telah bersama
mendampingi JK dalam Pencalonannya untuk mendampingi jokowi dan itu sudah pasti
atas sepengetahuan DPP Partai Golkar.Berikut ini penyebab Golkar (
Ical ) beralih dukungan ke Prabowo-Hatta. Telah
diketahui bahwa Golkar tetap mendukung Ical sebagai Cawapres akan tetapi meskipun Suara Golkar Nomor Dua setelah PDIP secara Nasional namun tidak cukup
untuk menyodorkan Capresnya karena suara Partai Nasional tidak mencapai 20% .
Terlebih lagi Partai diluar Golkar enggan berkoalisi dengan partai golkar yang
ngotot mencalonkan Ketuanya jadi Capres. Inilah salah satu kegagalan Ical Memimpin
Partai pemenang Legislatif ke 2 di
Indonesia. Ical dinilai tak mampu menjalin Koalisi dengan Partai Lain padahal
Ical memerlukan Satu Partai saja untuk Turut andil dalam Pencapresan.
- ( Golkar ) Ical menginginkan untuk menjadi Cawapresnya Jokowi namun bagi kalangan PDIP dan juga Jokowi Menolaknya. Sebenarnya pada saat pertemuan Ical dengan Jokowi di Pasar Gembrong Jakarta Timur mereka berdua telah menyapakati kalau yang mendampingi Jokowi adalah orang Golkar termasuk rencana deklarasi di pasar (Gembrong). akan tetapi tidak menyebutkan satu nama siapapun. Hanya Ical menyodorkan nama Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, Luhut Panjaitan, Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Ginandjar Kartasasmita dan Ical sendiri. Demikianlah sehingga Jokowi berkali-kali mengungkapkan pada media bahwa Golkar sudah mempunyai titik kesamaan dengan Pihak PDIP untuk menerima usulan Golkar agar menjadi Cawapresnya Jokowi. Belakangan oleh karena dalam Rapimnas Partai Golakar, ical menegaskan bahwa dirinyalah yang berhak menjadi Capres mewakili Partai Golkar bukan yang lainnya. Selanjutnya pada pasca Rapimnas Aburizal Bakrie/Ical bertemu Megawati Soekarnoputri di kediaman Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Ical ingin melobi Megawati agar menghormati keputusan Rapimnas Golkar yang hanya mengusung satu kandidat yaitu Ical sendiri. Rapimnas juga memutuskan bahwa jika JK masih tetap ingin maju cawapres, maka dia tidak boleh membawa nama partai. Jadi, jika PDIP tetap mengusung JK sebagai cawapres dari Jokowi, artinya JK tidak boleh membawa nama partainya, rangkaian pertemuan tersebut tampaknya tidak ada kesepakatan Al-hasil pada malam pertemuan 18/5/2014 di Jl. Teuku Umar di rumah kediaman Megawati untuk menentukan siapa pendamping Jokowi, dari hasil pertemuan itulah yang telah menyepakati bahwa pendamping Jokowi adalah orang Golkar. Namun masih dirahasikan. Esok harinya sebelum deklarasi pihak JK disampaikan bahwa beliaulah yang akan mendampingi Jokowi meski sebenarnya telah terjadi kebocoran pada malam pertemuan tersebut. Oleh karena itu pihak pendukung Ical merasa kecewa atas keputusan tersebut. Ical sebagai pemegang mandat untuk menentukan arah koalisi akhirnya beralih ke Poros Prabowo – Hatta. Inilah yang menimbulkan perpecahan di kubu DPP Partai Golkar. Sebenarnya pada detik-detik terakhir penentuan arah koalisi Golkar, Ical dapat memaklumi atas pencalonan JK sebagai Cawapresnya Jokowi akan tetapi dari hasil pertemuannya dengan Jokowi, menurut informasi yang kami dapatkan Ical meminta untuk diberi Tujuh Jatah menteri dalam memberi syarat-syarat untuk berkoalisi padahal Jokowi telah menegaskan bahwa koalisinya tanpa syarat, dan sudah pasti Jokowi tidak menyanggupi sehingga Pihak Jokowi menolak Golkar untuk bergabung.
- Sepertihalnya ketika Kedua Partai ( Golkar – Demokrat ) akan membentuk poros tengah yang melibatkan Pembentukan tim 6 ( Tiga Golkar, 3 Demokrat ) Golkar yang masuk dalam Tim Enam adalah Agung Laksono, Mohammad Suleman Hidayat, dan Idrus Marham. Sedangkan dari Demokrat adalah Edhie Baskoro Yudhoyono, Sjarifuddin Hasan, dan Jero Wacik. Tim 6 inilah yang mengambil langkah kesepakatan bahwa Golkar dan Demokrat akan berkoalisi dalam Pilpres nanti. Demikian dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar telah disepakati bahwa Golkar berkoalisi dengan Partai Demokrat, akan tetapi Dalam kesepakatan itu, partai Golkar tidak ingin melepaskan kekuasaan sepenuhnya ke Partai Demokrat. Golkar mengusung Aburizal Bakrie sebagai calon presiden, dan Pramono Edhie Wibowo sebagai Wakilnya meskipun Pemenang Survey Konvensi Demokrat yang menghabiskan uang miliyar Rupiah itu adalah Dahlan Iskan. Konsep ini yang ditawarkan oleh Ical disela-sela Rapimnas ke SBY di Hotel Sultan, Lantai 15 Jakarta, akan tetapi pihak demokrat ( SBY ) tidak menginginkan ketua partai masing ( Golkar-Demorat ) menjadi Capres atau Cawapres, Ketua Umum Demokrat (Susilo Bambang Yudhoyono) ingin kedua ketua umum partai sama-sama dalam posisi king maker yang menyusun dan mengatur. Bukan yang jadi capres dan cawapres, akhirnya ical tidak setuju dengan konsep yang ditawarkan oleh SBY. Ical tetap pada pendiriannya Bahwa dialah yang dimandatkan dalam Rapimnas beserta Pramono Edi. ( Golkar ). Akhirnya rencana koalisi yang semula telah disepakati gagal total lantaran Keserakahan Partai Golkar ( Ical ) padahal Demokrat telah menyepakati Kalau Capresnya dari tokoh Golkar yang penting Bukan Ical, sebut saja diantaranya Akbar Tanjung dan Srisultan HK X..
- Dari hitung-hitungan seperti halnya pada pemilu 2004 dimana JK maju jadi Cawapresnya SBY dengan perseorangan tanpa didukung oleh Golkar dengan pertimbangan kekuasaan. Apabila Jokowi - JK terpilih maka, Golkar tetap ada disana akan tetapi jika Prabowo - Hatta terpilih maka jika Ical tidak mendukungnya maka bisa jadi Golkar Tak kebagian apa-apa. Seperti kita ketahui bahwa politik Golkar adalah politik Kekuasaan yang tidak mau lepas dari pemerintah. Inilah yang disebut bahwa Partai Golkar bermain di Dua Kaki, Karena Golkar Takut menjadi Oposisi ( Yang berarti Mengeritik Keputusan Pemerintah ) oleh karena masih trauma akan kesalahan masalalu yang melekat pada Partai Golkar yang sampai saat ini masih menggandeng produk Orde Baru ( Dimana dalam politik pemerintahannya masih terkesan Pemaksaan, Koruptor, Nepotisme, Pungli dll ) yang bisa jadi senjata makan Tuan. Untuk itu, Golkar ada diantara kedua-duanya yang berarti tetap aman dalam situasi apapun.
- Partai Golkar lebih mendukung Prabowo-Hatta ketimbang Jokowi-JK dengan pertimbangan Ical diberi Jabatan “ menteri utama senior “ apabila Prabowo terpilih. Inilah salah satu hal yang menggiurkan bagi ical sedangkan permintaan Ical pada Jokowi tidak direspon lantaran Jokowi telah berkomitmen bahwa Koalisi yang dibentuk PDIP tidak ada bagi-bagi jatah kekuasaan. * A. Ms Hersandy - Koran Investigasi