Makassar, Misi Indonesia
Hasil rekapitulasi KPU seluruh kabupaten di sulawesi
selatan telah rampung dan menghasilkan 24 nama yang hampir dipastikan akan
melenggang ke Senayan selama lima tahun ke-depan 2014-2019, namun beberapa
nama yang tercantum dibawah ini telah mematahkan hasil survei dari lembaga-lembaga
survei yang bertebaran di wilayah sulawesi selatan. Bahkan ada nama yang tak
pernah terdengar dimedia sebelum pileg 9 April 2014 terlaksana. Mereka
hanya dikenal dimedia karena pengumuman DCS, DCT atau mereka hanya muncul di
dunia maya melalui social media sepert facebook dan twiter, selebihnya hampir
tak tergubris.
Untuk dapil 1, boleh dikata hanya ketua DPD Nasdem Mubyl Handaling yang terpental dan dikalahkan oleh Dewy yl ( Hanura ), Ridwan Wittiri ( PDIP ) serta Amir Uskara ( PPP ), namun ini baru hanya sekitar catatan karena sampai hari ini perhitungan untuk kab.Gowa terkendala karena adanya perhitungan ulang sebanyak 940 kotak suara, dimana salah satu dari Tiga nama tersebut diatas siap-siap didepak untuk di-gantikannya. Bisa jadi Ketua DPD nasdem ini akan unggul sesuai prediksi internal partai Nasdem dengan bukti bukti sakti form C1. Ada juga nama Emil Abeng ( Golkar ) yang pada saat awal-awal namanya sangat populer untuk melaju ke Parlemen bahkan jauh hari sebelum Pileg para survey menempatkan Dua Jatah Partai Golkar untuk dapil Sulsel 1 ini.
Dua nama lagi yang patut disebut sebagai petarung meski kalah yakni A. Resa Ali dan Nurheni A. Barung yang keduanya dari Demokrat.
Dua nama lagi yang patut disebut sebagai petarung meski kalah yakni A. Resa Ali dan Nurheni A. Barung yang keduanya dari Demokrat.
Untuk dapil II, Dapil ini yang paling banyak mematahkan hasil
survei lembaga-lembaga yang ada di Sulsel. Nama yang paling hampir tak pernah
mendapat gubrisan dari tukang survei adalah A. Irwan Aras dari partai Gerindra.
Para lembaga survey yakin persentasa yang di hasilkan sangat jitu. Misalnya saja hasil Survei SSI terkait Elektabilitas yang dilakukan 18-31
Desember dengan melibatkan 1220 responden di sembilan kabupaten yang ada di
dapil 2 yaitu Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba,
Maros, Pangkep, Barru dan Kota Parepare. Tribun Timur.com .(
Vers-13 Januari 2014, 21.06 Wita ) Caleg DPR RI di
Dapil II Sulsel menempatkan: Akbar Faisal (Nasdem) 12,49 persen
- Syamsul Bahri (Golkar) 9,23 persen - Malkan Amin (Nasdem) 6,12
persen - A Rio Idris Padjalangi (Golkar) 5,31 persen - Jafar Hafsah
(Demokrat) 2,92 persen - AM Ghalib (PPP) 2,72 Persen - Yasir Mahmud
(Gerindra) 2,51 persen - Taufan Tiro (PAN) 2,50 persen - Akmal
Pasluddin (PKS) 2,36 Persen - Rudiyanto Asapa (Gerindra) 2,24 persen
- M Basri Sidehabi (Golkar) 1,52 persen - Muh Yasir (Golkar) 1,52 persen
- A Jamaro (PPP) 1,12 persen - Kamrussamad (Gerindra) 1,01 persen
- Andi Mariattang (PPP) 0,94 persen : Swing
Voter 21,32 persen. (Ham)
Tak satupun nama diatas tercantum caleg Nasyit
Umar (Demokrat), A. Iwan Aras (Gerindra), Syamsu Niang (
PDIP ) pada prosentase hasil survei padahal Salah Satu
nama dari ketiganya ( A. Irwan Aras - Gerindra )
Mendapatkan suara terbanyak dari seluruh caleg yang ada di dapil II yakni mencapai
94.000, Jauh melampau Yasir Mahmud yang beberapa hari belakangan menjadi bahan
pembicaraan karena kemenangan mutllak yang diraih di Kabupaten Bone mengalahkan A. Rudiyanto Asapa mantan
bupati sinjai.
Pada dapil 3 ada nama Amran - PAN juga mematahkan survei.
beberapa lembaga survei lebih menjagokan Sekretaris
DPW PAN Sulsel Buhari Kahar Mudzakkar. Hasil Survei CRC dan LSI
Caleg Dapil Sulsel 3:
1.
Markus Nari
2. Andi Pujiwati Hatta Marakarma
3. Andi Rahmat - PKS
4. Lutfy A Mutty
5. Fatmawati Rusdi Masse
6. Bahrum Daido
7. Andi Ida Nurshanty
Kemudian
ada nama besar Incunben yang selalu dieluk elukkan bahkan diyakini kembali
melenggang ke senayan yakni A. Timo Pangeran
Demikian
pula Legislator PKS Sulsel, Amru Saher. Amru yang menurutnya sudah mendapat
dukungan 90 persen kepala desa di Luwu yang bisa saja diarahkan untuk
memenangkan dirinya ke Senayan, juga terpental jauh ke belakang.
Dapil
Sulsel I
Dapil ini Dapil 1 meliputi
Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Kabupaten
Kepulauan Selayar. Dapil 1 yang disebut sebagai Sulsel I mendapat alokasi 8
kursi.
- Aliyah
Mustika (Demokrat)
- Hamka
B Kadi (Golkar)
- Azikin
Soltan (Gerindra)
- Indira
Chunda Tita Syahrul (PAN)
- Tamsil
Linrung (PKS)
- Dewie
Yasin Limpo (Hanura)
- Amir Uskara
(PPP)
- Ridwan Wittiri (PDIP)????
? .. Mubyl Handaling
Dapil Sulsel II
Dapil Sulsel II
Dapil 2 atau Sulsel II
dengan 9 kursi meliputi Kabupaten Sinjai, Bone, Maros, Bulukumba, Pangkep,
Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare.
- Andi Rio Pajalangi (Golkar)
- A.
Iwan Aras (Gerindra)
- Akbar
Faizal (Nasdem)
- Nasyit
Umar (Demokrat)
- Taufan
Tiro (PAN)
- Andi
Ghalib (PPP)
- Syamsul
Bahri (Golkar)
- Syamsul
Niang (PDIP)
- Akmal
Pasluddin (PKS)
Sulsel III
Dapil 3 atau Sulsel III
meliputi Kabupaten Sidrap, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Tana Toraja,
Toraja Utara, Pinrang, dan Kota Palopo. Sulsel III mendapat alokasi 7 kursi.
1. Fuziah P Hatta (Golkar)
2. Fatamawati RMS (PPP)
3. Bahrum Daido (Demokrat)
4. Amran
(PAN)
5. Andi Nawir P (gerindra)
6. Markus Nari (Golkar)
7. Lutfy A. Mutty (Nasdem
Inilah fakta yang harus dilihat dan
diteliti secara jernih dan konsekwen, karena boleh jadi kekalahan nama-nama
besar menuju ke-Parlemen adalah sebagai cerminan bahwa pemilih kita masih
bersifat Feodal yang hanya tunduk dan takut atas ancaman sang penguasa di
daerah pemilihannya. Sebut saja di Kab.
Bone Misalnya, beberapa warga dengan terang-terangan mengungkapkan kepada kami
bahwa “ Saya takut lari dari partai …………….? Karena diancam dari pihak Pemerintah
Desa”. Kalau mereka tidak memilih partainya, maka segala urusan yang
bersangkutan dengan pemerintah akan dipersulit.
Bahkan beberapa warga masyarakat mengungkapkan kalau mereka tak akan
mendapat lagi jatah Raskin dan BLT serta Jamkesmas. Mungkin mantan Bupati yang ikut caleg 2014
ini pernah melakukan hal serupa ketika masih berkuasa
Kemudian yang Kedua adalah santernya
serangan Fajar menjelang Pileg.
Dimana-mana masyarakat pemilih menanti serangan ini sebagai symbol
kemenangan, Symbol untuk mendapat Rezky
5 tahunan. Tak peduli Haram apa tidak
yang pasti mereka-mereka membutuhkan Money, dengan Motto “ Tak ada Uang tak Ada
Suara”. Bahkan beberapa pemilih yang
kami temui mengungkapkan “ Siapa yang paling banyak memberi itulah yang kami
pilih”. Belum lagi dengan pembagian
semabako yang kerap meramaikan sudut-sudut tanah kosong di perumahan
warga. Tatkala sang pembagi ( Team
Sukses ) berteriak lantang sambil menggengam Pena dan Kertas memanggil sang
pemilih layaknya sang tengkulak.
Sementara sang penjaga ( Panwaslu ) diam seribu kata menampik
laporan dari caleg miskin yang tak mampu menyaingi sang konglomerat.
Beberapa Bulan lalu kami sempat berbicara
langsung melalui telpon dengan Andi Timo Pangeran yang dipasilitasi oleh Fajar
FM, kami mempertanyakan tentang Penomena Money Politic yang sangat santer
dilakukan oleh Para Caleg dan Alhasil menurut beliau “ Itua adalah Strategi
masing-masing caleg. Untuk memenangkan
suatu dapil kita harus mampu menerapkan strategi yang tepat dengan pertimbangan
kemampuan memadai” demikian kata ibu andi Timo P kala itu.
Dua penomena
inilah yang dainggap sebagai Elektabilas Caleg yang dapat membuat Popularitas seorang anjlok seketika,
mengapa ? karena tiadanya pembatasan dan larangan para Caleg untuk melakukan
Money Politik serta Pemaksaan Kehendak.
Sang hakim seakan-akan tutup mata.
Ingat bagaimana Sang Hakim Kota Makassar di Pukuli oleh KPPS oleh karena
ingin pemilu ini bersih. Mungkin kedepannya kita perlu Panwaslu diidisi oleh
orang-orang jawara dan disegani bahkan ditakuti oleh sang Caleg serta semua
jajaran yang terlibat dalam Panitia Pemilu agar ketika bertindak sang caleg dan
juga lainnya akan tunduk dan patuh. *
A. Ms Hersandy